Pengalaman Luar Biasa Deepak Chopra 21 Days Meditation Challenge Attracting Abundance

dapur sukabeda

Pandemi covid menambah rasa kecewa, marah, takut, dan khawatir saya semakin meningkat, dan membuat monyet-monyet di kepala saya yang selama ini bisa saya handle kembali eksis. Mereka suka memprovokasi dan berperang hingga membuat dada ini penuh, berat seperti ditindih batu berkilo-kilo,sakit hingga membuat nafas saya sesak,pengen berteriak. Namun kagak bisa. Akhirnya saya hanya bisa pegang dada, sambil berdoa minta dikuatkan. Jiwa saya nggak seimbang, siang saya ceria, looks everything okay, ide berhamburan datang. Tapi menjelang tidur, saya menangis terisak-isak. Hopeless!!


Timbul kesadaran,
Monyet-monyet di kepala ini harus didamaikan, sebelum  menghempaskan badan dan jiwa saya. Saya tidak mau kehilangan senyum. Big no! Saya minta petunjuk. Lantas, hati ini digerakkan untuk melihat dan membaca buku meditasi.  Selama ini, meditasi saya lak lak tung kalo lagi rajin, rajin banget. Kalo pas malas, ya emang gw pikirin. Jadi hasilnya nggak maksimal.

Siang itu, saat saya ngerjain project dan diserang oleh kekalutan hebat. Sahabat baik saya di surabaya kontak lewat WhatsApp "sis, gw dah cerita ini nggak?" Mata saya menyiratkan kepuasan, saat melihat gambar dan membaca tulisan #21dayschallenge meditation creating abundance with Deepak Chopra.

Ya allah. Saya takjud. Semesta tahu! Dan memberikan jalan untuk mendamaikan monyet-monyet ini. Saya gembira sahabat saya ingat dan mengajak saya. Bukankah ini sebuah keajaiban?

Kenapa 21 hari?

Karena menurut penelitian, Dr. Maxwell Maltz untuk membentuk habit atau kebiasaan seseorang diperlukan waktu 21hari secara konsisten. Supaya bisa mendapat manfaatnya. Dan kemudian nyaman melakukannya dengan sukacita.


Hari hari penuh tantangan.
Tantangan meditasipun di mulai. Ada task harian yang harus kita kerjakan. Dan mantra yang harus dilantunkan. Karena saya muslim, saya rubah berdzikir. saya jadwalin meditasinya sebelum tidur dan sesudah sholat subuh setelah selesai dzikir dan mengaji.

Sensasi hari pertama
Dada ini sesak, seperti ditusuk tusuk jarum, sakit. Sensasi ini mulai berkurang hingga 3 hari kemudian. Setelah itu berangsur lenyap.
Saya masih semangat.

Hari kelima.
Ada task dimana saya harus membuat grup meditasi. Duh... Ini yang tak mudah. Karena kita harus bisa selaras dengan mereka. Ada bimbang di hati.. apa saya bisa meneruskan task selanjutnya? Karena di awal kita sudah diberitahu, bila kita tak sanggup menyelesaikan task, maka kita belum bisa melanjutkan. Berarti kita ada "lack" disitu yang harus kita release.

Saya inbox mentor di grup meditasi. Mba Arlene. Dengan sabarnya beliau membimbing dan meyakinkan. Even itu cuma satu orang nggak masalah. Dengab menarik nafas panjang. Yes! Saya harus bisa. Akhirnya saya dapat dua orang temen. Sayangnya hari ke empat mereka tak sanggup meneruskan dengan alasan susah membagi waktu. Well.. saya tak memaksa. At least saya sudah mengajak mereka.
Seminggu berlalu dengan damai.

Minggu ke dua yang penuh airmata.
Ritme kehidupan saya berjalan sempurna. Meditasi tetap saya lakukan sehari dua kali. Monyet-monyet dikepala ini makin kalem. Hingga hari ke 11 dimana ada task untuk menanyakan pada ibu kita. Apa yang mereka  sesali dalam hidupnya,serta keinginan apa yang belum terwujud.

Karena ini privacy, dan kelihatan “aneh” saya tak nyaman menanyakan langsung pada mama. Sebagai gantinya saya mencoba meditasi untuk mendapatkan petunjuk. Dan JRENG!! Saya seperti melihat slide demi slide kehidupan saya waktu kecil, bukan hanya wajah mama tapi simbah wedok hadir pula di situ. Saya merasakan kesakitan yang mereka alami dari raut wajah dan mata mereka.

Tanpa saya bisa tahan. Airmata saya langsung luruh. Deras bagaikan air bah. Saya menangis tergugu dalam meditasi yang belum usai. Hingga selesaipun saya masih menangis. Slide demi slide kehidupan saya massive terlihat di depan mata. Meski saya menyibukkan diri dalam pekerjaan. Slide itu masih terlihat. Saya menghibur diri ah..mungkin besok sudah hilang. Tapi ternyata tidak. Saya masih menangis. Hingga hari ke 12. Mata saya bengkak.

Saya butuh pertolongan. Kenapa saya masih menangis? Ada apa dengan diri saya? Depresikah saya?
Saya tanyakan kepada sahabat saya yang juga mengikuti meditasi tersebut. Jawabannya dia tidak merasakan sensasi yang saya rasakan.

Lalu dia menyarankan untuk bertanya pada mentor meditasi.
Saya juga mencari second opinion, pada teman saya, yang juga suka bermeditasi. Dan dia menghubungkan saya dengan dengan meditator terkenal di Indonesia, Bapak Merta Ada, sebagai pendiri Bali Usada.

Dari beliau dan mentor saya mba Arlene. Saya memahami, meditasi intens yang telah saya lakukan telah menyentuh memory yang saya pendam dalam-dalam. Dan sekarang muncul ke permukaan untuk melakukan pembersihan. Mereka meminta saya tetap melakukan meditasi dengan penuh kesadaran.

Sungguh saya surprised. Bagaimana tidak. Saya tidak mengenal beliau. Namun, dengan kerelaan hati beliau menjawab kegelisahan saya. Bukankah ini kebaikan semesta.Supaya saya membuka diri dan melepaskan semua rasa “sakit” yang pernah saya alami. Semua yang terjadi pada kita. Tidak ada yang abadi. Seperti malam menggantikan siang, perasaan bahagia dan sedih saling bergantian. Terima semua rasa itu sebagai suatu hal yang alami, sebagian bagian dari hidup. Semua pasti berlalu dan untuk pembelajaran. 

 Task-task hari-hari berikutnya saya mulai nyaman, tangisan saya sudah tak sehisteris hari-hari sebelumnya. Dengan memaafkan diri saya, mama dan orang-orang yang telah menyakiti saya, hati saya jauh lebih ringan. Kini cinta saya pada diri sendiri dan juga pada diri mama, jauh lebih besar daripada sebelumnya.

 Minggu Ke tiga, hari penuh keberuntungan.

Alhamdulillah, hari ini “Day 21 Done”. Nggak nyangka saya  bisa menyelesaikan task harian dan meditasi Deepak Chopra. Memang tak mudah, namun menyenangkan.


21 hari banyak ilmu yang saya dapatkan.  Dada saya yang sakit, berangsur lenyap. Monyet-monyet yang suka memprovokasi mulai diam. Saya yang biasanya grasa grusu, lebih santai dan berhati-hati, pemikiran saya lebih dewasa.

 Saya lebih memahami makna hidup dan kelimpahan sebenarnya. Bahagia itu kita  sendiri yang mencipta. Hari-hari kita sebenarnya dikelilingi oleh kelimpahan tiap hari. Melihat matahari terbit, melihat hujan, menikmati udara pagi, menyeruput segelas minuman yang kita suka sambal mendengarkan music, membaca buku, berbagi makanan dengan tetangga, memiliki sahabat yang mensupport atau bercengkrama dengan keluarga. Merupakan suatu kelimpahan. Hal-hal kecil yang  nyatanya sering kita lupakan untuk kita syukuri. Semakin kita membuka diri dengan kelimpahan, semakin mudah pula kita mendapatkannya.

 Saya bersyukur telah mengikuti tantangan 21 hari meditasi berkelimpahan Deepak Chopra. Terima kasih buat sahabat saya, okta, buat mentor meditasi saya Mba Arlene dan buat Bapak Merta Ada yang telah memberikan insight pada saya.

Semoga kita selalu diberi kelimpahan

Saya menulis inipun, hanya ingin berbagi energi kebaikan.

Salam sukabeda
Wish you a great day

 

 

Comments

Popular Posts