Apa Hal yang kamu pelajari dari Pandemi Corona?

pinterest


Nggak terasa, udah 8 bulan kita berdampingan hidup dengan Corona. Hidup kian tak mudah. Waktu ke Pantai Kuta kemarin, hatiku sedih melihat jalan lengang, banyak toko dan hotel tutup. Kita semua tak ada yang menyangka corona menghantam semua aspek. Banyak orang yang mengeluh, karena belum terbiasa dengan kesulitan. 

Saya juga berusaha untuk tetap tegar,dengan kondisi suami yang belum bekerja, dan income jualan makanan yang tak tentu, project yang belum berjalan. Membuatku harus sering berdzikir meminta kekuatan. Apalagi yang bisa saya perbuat selain memohon KEBAIKAN padaNYA.Supaya bisa melapangkan kekhawatiran di dada.

Saya memahami, sebagai manusia biasa, kadang suka timbul rasa khawatir. Rasa khawatir terbesarku adalah takut tidak bisa membahagiakan anak, takut anak lapar,dll.Semakin dipikir, semakin gelisah, daripada kian pusing saya kembalikan lagi rasa khawatir itu PADANYA😊

Apa hal yang kamu pelajari dari Pandemi Corona?

Awalnya sih, panik lama-kelamaan nggak. Mungkin sudah pasrah. Karena bukan kita saja yang menghadapi pandemi ini. Namun seluruh dunia. Apa yang saya pelajari?.

1. Semakin sering bersyukur.

Tiap bangun pagi,saya selalu bersyukur dengan nafas yang masih ada, keluarga semua sehat, punya tempat berteduh,ada makanan, ada internet, ada kendaraan, tidak ada beban cicilan dll. saya juga bersyukur, kami tidak ada yang mengeluh dengan apa yang kami makan. Makanan kami sehari-hari 3TJ(tempe, tahu, telur, jamur)Daging sudah sangat jarang saya beli. Ntah sudah beberapa bulan yang lalu. Rasa syukur saya kian membuncah dalam tiap suapan. Karena mungkin diluar sana masih banyak keluarga yang memendam rasa lapar, karena tidak ada uang untuk membeli makan. 

Mata saya baru dibukakan, semakin banyak bersyukur. Allah semakin menambah nikmat.Gimana nggak, saya suka heran, ada saja rezeki tak terduga datang.  

2.Semakin sabar

Saya tipical orang yang tidak sabaran. Namun Corona telah menempa saya untuk bersikap sabar. Menghadapi suami yang belum bekerja, income yang tak pasti,tempat tinggal ngekost, membuat saya harus bisa menaklukan rasa insecurity yang kerap melanda. Ada "monyet nakal" mengusik pikiran. Membuat dada saya sering sesak.

Bohong namanya kalau seorang istri hanya diam saja tak meminta suaminya bekerja. Karena saya masih menganut ajaran islam. Seorang suami tetaplah sebagai pencari nafkah. Dan tugas seorang istri hanya membantu. Saya memahami kondisi saat ini. Dan saya bukan tipikal perempuan matre. 

Ya sudah, daripada ribut, Kami tidak membahasnya lagi. Cukup sekali mengeluarkan uneg-uneg, supaya dia mengerti kalo makan tidak bisa ditunda. Dan berharap semoga dia mengerti. Dan mencari pekerjaan. Meski dimasa pandemi.

Saya sadar, kita tak bisa mengubah orang terkecuali dari dalam dirinya sendiri. Saya juga paham, saya tak bisa mengandalkan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan dan kebahagiaan saya, kecuali saya sendiri melakukannya. Daripada nyinyir dan sakit hati,saya memilih sabar dan ikhlas, sebagai jalan keluar biar langkah saya ringan.

3.Rajin dzikir dan mengaji

Dzikir dan mengaji itu dahsyat manfaatnya bagi saya pribadi. Karena bisa mengurangi beban hati. apa yang saya baca? Sholawat. Yah hanya itu.

4.Semakin akrab dengan Mama

Dari saya kecil, saya lengket dengan almarhum abah. Saya lebih nyaman bercerita sama abah. Sifat abah yang kalem, bisa menstabilkan saya yang notabene keras kepala. Namun semenjak corona, hubungan saya dan mamah lengket. mamah hampir tiap hari telpon, sekedar menanyakan kondisi atau cerita apa saja kegiatan beliau, dan membuat saya pelan-pelan membuka diri padanya. Saya tak sungkan bercerita kepadanya sekarang. Saya mengerti, mama melakukan itu karena sangat sayang kepada saya. namanya seorang ibu, pasti worried dengan kondisi anaknya, dan pengen selalu berada mensupportnya, meski umur saya sudah kepala 4 lebih😀

5. Saya lebih memahami diri saya sendiri,kalau saya sangat berharga.

Saya tak lagi memikirkan bagaimana membuat orang menyukai saya. Suka alhamdulillah, nggak suka, yo biarlah.

Saya tak peduli berapa like yang saya dapatkan di medsos. Saya mulai tak peduli dengan story teman di WA, atau foto yang ditunjukkan mereka di medsos yang hanya membuat saya iri. Sekarang saya lebih memilih fokus dengan hidup saya. Hidup apa adanya tanpa impres orang lain. Saya hanya mau berbuat baik pada semua mahluk bumi. Dan ini lebih menyenangkan.


Salam sukabeda

Wish you a wonderful life














Comments

Popular Posts